Minggu, 12 Februari 2012

Dupa

          Dupa adalah sebuah material yang mengeluarkan bau. Dupa mengeluarkan asap ketika dibakar. Banyak upacara keagamaan menggunakan dupa. Dupa juga digunakan untuk pengobatan. Dupa ada dalam berbagai bentuk dan proses, namun, dupa dapat terbagi menjadi "pembakaran langsung" dan "pembakaran tidak langsung" tergantung bagaimana dupa digunakan. Suatu bentuk tergantung dari budaya, tradisi dan rasa seseorang.

Aneka Jenis Dupa Wangi



Menurut bentuknya dupa wangi terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah ;

1. Dupa lidi : disebut juga incense sticks (sticks karena pake lidi).
2. Dupa stangi : disebut juga incense cones (cones karena bentuknya kerucut).
3. Dupa lingkar : disebut juga incense coil (coil karena bentuknya muter-muter kayak lingkaran).
4. Dupa bubuk : disebut juga incense powder (powder, bukan power, karena berbentuk tepung).


DUPA LIDI (INCENSE STICKS)
Dari semua jenis dupa wangi jenis ini adalah yang paling banyak digunakan. Tampilannya mirip dengan kembang api; bertangkai yang dibalut dengan bahan dupa. Dupa lidi ini juga terbagi menjadi beberapa jenis lagi berdasarkan ukurannya.

  1. Dupa halus, biasanya ukuran untuk dupa ini adalah berdiameter 1,5 sampai 1,2mm (dihitung pada batang lidi/bambunya) dengan panjang bervariasi, ada yang 39,5 cm hingga yang terpendek adalah 18cm.
  2. Dupa belimbing, ukurannya juga bervariasi dengan diameter antara 1,4cm sampai 2cm dan panjang 42cm sampai 90cm. Waktu yang diperlukan untuk pembakaran dupa sekitar 2 hingga 15 jam.



DUPA STANGI (INCENSE CONE)
Dupa ini berbentuk tumpeng atau kerucut dengan ukuran diameter antara 1,5cm hingga 2,5cm dan memiliki tinggi 3cm sampai dengan 5cm. ada beberapa produsen yang mengeluarkan produk dengan ukuran yang sangat besar dengan ukuran diameter 10cm sampai 15cm dan tinggi antara 15cm sampai 25cm. Di Indonesia dupa stangi ini lebih banyak dipakai di daerah pulau Jawa.


DUPA LINGKAR (INCENSE COIL)
Cara pembuatan dupa wangi jenis ini hampir mirip dengan obat nyamuk bakar, hanya saja pada proses pembuatan dupa lingkar tidak menggunakan cetakan sehingga bentuk bulatnya sangat sempurna dengan lingkaran yang penuh. Dupa jenis ini menyediakan beberapa pilihan sesuai lamanya proses pembakaran, ada yang 6jam, 12jam, 24jam, 30jam, satu minggu, dua minggu, hingga satu bulan. Dari semuanya itu hanya yang 24 jamlah yang paling banyak digunakan.


DUPA BUBUK (INCENSE POWDER)
Dupa jenis ini berbentuk tepung dengan bahan pembuatannya adalah kayu cendana dan kayu gaharu. Bahan tersebut digiling hingga halus lalu dijual perkarung. Di tingkat ritel banyak sekali variasi kemasannya, dari yang perkilo hingga perons. Memang banyak yang kurang tahu cara penggunaannya karena dupa jenis ini terkadang susah dinyalakan. Cara pemakaiannya tidak terlalu sulit; pertama-tama masukkan dupa bubuk seperlunya ke dalam tempat pembakarnya, lalu nyalakan sebuah dupa stangi lalu masukkan ke dalamnya, maka bara dari dupa stangi akan menjalar ke dupa bubuk.


Selain keempat bentuk dupa yang disebutkan diatas masih terdapat beberapa varian lagi, seperti dupa kayu, dupa koin, dupa menyan dan banyaaak lagi. Dan akan dibahas pada kesempatan lainnya. Terima kasih atas perhatiannya.

Tradisi Membakar Dupa


Dupa wangi bagi sebagian besar masyarakat Tionghoa merupakan sebuah kebutuhan pokok dimana dupa tersebut secara rutin dipakai sebagai benda persembahan kepada para Buddha, Bodhisattva, dan Dewa. Setelah lebih dari seribu tahun berhubungan dengan dupa wangi, sekarang ini dupa bukan lagi menjadi benda persembahan dalam ritual keagamaan saja, membakar dupa wangi sudah menjadi tradisi bagi sebagian masyarakat Tionghoa sebagai wujud penghormatan. Misalnya saat upacara sembahyang leluhur, para keluarga dari si almarhum akan membakar dupa sebagai bentuk bakti.

Bentuk penghormatan dengan membakar dupa wangi bukan dilakukan terhadap yang seagama atau memiliki kepercayaan yang sama saja, pembakaran dupa bahkan sudah biasa dilakukan untuk menghormati orang-orang terhormat, yang telah meninggal, dari agama dan kepercayaan lain. Salah satu yang paling populer adalah penghormatan Jenderal Cheng Ho di kelenteng Sam Po Kong, Semarang. Hal lain yang paling sering ditemui pada masyarakat Tionghoa adalah membakar dupa kepada datuk. Datuk merupakan simbol dari orang-orang dari kepercayaan lain (non-Buddhis) yang telah meninggal namun pada masa hidupnya orang-orang tersebut meninggalkan nama baik.

Dalam ajaran Tao membakar tiga batang dupa mempunyai arti menghormati tiga dewa tertinggi dalam Taois, sedangkan dalam agama Buddha membakar tiga batang dupa merupakan penghormatan kepada tiga permata, Buddha, Dharma dan Sangha. Dupa dipercaya mempunyai kekuatan magis yang sanggup menembus lapisan langit dan menyampaikan penghormatan maupun permohonan dari pemuja. Namun agar membakar dupa dapat lebih bermakna maka jangan mengunakan tiupan mulut untuk mematikan api dupa, gunakanlah kipasan tangan untuk itu. Gunakan tangan kiri untuk menancapkan dupa ke bokor atau tempat dupa.

Cara Membuat Dupa


Berikut ini sekilas proses pembuatan dupa :

A. Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan dupa :
1. Serbuk perekat
2. Bubuk kayu halus
3. Bubuk kayu kasar
4. Air
5. Kapur
6. Tangkai bambu dupa
7. Minyak wangi
8. Alkohol

B. Peralatan untuk membuat dupa :
1. Tampah
2. Tabung dan gelas pengukur
3. Tempat penjemuran
4. Pipa paralon ukuran 10 cm dan panjang 60 cm
5. Timbangan kecil
6. Plastik pembungkus dan label atau merek

C. Bahan dan cara pembuatan tangkai dupa :
1. Bambu petung, bambu yang baik dipakai untuk tangkai adalah bambu petung yang keadaannya tidak terlalu tua
2. Bambu dibelah kecil-kecil seperti lidi dengan ukuran diameter 2-3 mm dan panjangnya 32, 38 atau 42 cm, pokoknya sesuai dengan panjang dupa yang ingin dibuat
3. Masak tangkai didalam air kapur selama 3 hingga 4 jam
4. Kemudian tangkai tersebut dijemur hingga kering
5. Bersihkan bambu dari rambut-rambut kecilnya dan singkirkan tangkai yang rusak

D. Proses pembuatan dupa :
1. Tangkai yang sudah siap dipakai dimasukkan kedalam air
2. Selanjutnya dimasukkan ke dalam serbuk dupa kasar dan biarkan serbuk melekat pada tangkai
3. Jemur kurang lebih 15 sampai 20 menit
4. Kembali dimasukkan kedalam air lagi
5. Kemudian masukkan kedalam serbuk kayu halus lalu dijemur
6. Ulangi cara diatas sampai 3 kali atau disesuaikan dengan besar dupa yang diinginkan
7. Setelah setengah kering, dimasukkan kedalam pipa paralon lalu digelinding-gelinding supaya dupa menjadi halus dan berbentuk bulat, lalu kembali dijemur
8. Setelah benar-benar kering selanjutnya diberi aroma
9. Pengisian aroma sesuai dengan harga jual, caranya adalah mencampurkan bibit minyak wangi dengan alkohol lalu dupa yang sudah kering bisa diwangikan dengan dicelup maupun disemprot.
10. Selanjutnya diangin-anginkan untuk menghilangkan kadar alkoholnya
11. Kemas dupa sesuai permintaan, satu kilogram atau 1,5 kilogram

Dalam membuat dupa wangi beberapa hal harus diperhatikan, antara lain :

1. Produk yang dibuat harusnya memiliki merek sendiri atau setidaknya mencantumkan nama perusahaan. Ini penting untuk mengukuhkan posisi anda sebagai pengusaha dupa di masyarakat. Kelak orang akan dengan mudah mencari dupa anda karena tau namanya.

2. Produk anda hendaknya memiliki kekhasan sendiri seperti misalnya wangi, warna dan lainnya yang membuatnya unik dari dupa lainnya. Anda dapat saja membuat dupa yang sama dengan dupa yang ada, tetapi anda akan bersaing dengan produk dupa yang telah lebih dulu anda dan otomatis berebut pasar.

3. Kontinuitas produk haruslah dijaga, jangan samapi ketika produk sudah diminati masyarakat, sempat hilang dipasaran. Ini beresiko konsumen beralih ke dupa lain.

4. Kemasan harus menarik, baik dari segi design maupun keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu. Ini akan membantu konsumen memilih dan mengetahui keunggulan dupa anda. Disamping itu kemasan dapat dibagi-bagi menjadi kemasan kecil untuk sekali sembahyang (tirta yatra/persembahyangan ke pura dll), dan ukuran besar untuk keperluan dirumah.

5. Untuk pemasaran, selain menawarkan ke konsumen sendiri (menjual di kios sendiri), anda juga dapat menitipkan (sistem konsinyasi/dibayar bila laku), atau menjualnya kepada pedagang dupa yang telah ada (distributor). Dalam hal ini, anda harus membedakan antara harga eceran untuk konsumen dan harga untuk distributor sehingga tidak akan mengacaukan harga dupa anda dipasar dan memberikan kenyamanan pada distributor anda.


dikutip dari berbagai sumber

Sejarah Dupa


Sejarah Dupa
Meskipun tahun keberadaan dupa tidak ditemukan secara pasti namun dari beberapa sumber menyebutkan dupa mengawali keberadaannya mulai dari kawasan Asia, khususnya Asia Timur dan Timur Tengah, akan tetapi saat itu penggunaan dupa kebanyakan untuk mengharumkan ruangan. Para raja dari dinasti Xia di daratan China (sekitar 2000 SM sampai 1600 SM) memanfaatkan aroma yang keluar dari pembakaran parutan, atau serpihan atau apapun namanya terserah deeeh, bingung cari istilahnya, kayu cendana untuk mengharumkan ruangan istana.

Pada masa dinasti Shang berkuasa di darat China (tahun 1600 SM sampai 1046 SM), terdapat dupa yang berfungsi sebagai menunjuk waktu, itulah cikal bakal bentuk dupa yang berkembang hingga menjadi bentuk dupa yang sekarang ini dapat kita lihat. Pada masa itu kayu cendana dibuat menjadi berbentuk tabung dengan diameter kecil dan berukuran panjang. Satu batang dupa yang habis terbakar menandakan satu masa (dua jam untuk ukuran waktu modern ini).

Pada dinasti Sung di daratan China (tahun 960 sampai 1279 maisehi) dupa wangi sudah sangat populer digunakan untuk ritual keagamaan, begitu juga raja-raja dari daerah Timur Tengah yang selain menggunakan dupa wangi untuk mengharumkan ruangan juga menggunakan dupa wangi untuk mengusir roh-roh jahat, dan sebagai persembahan kepada dewa. Di masa itu pula dupa wangi sudah populer di kalangan bangsa eropa, seperti bangsa Yunani dan Romawi. Saat itu di Jepang dupa wangi juga banyak digunakan oleh raja dan bangsawan Jepang. Bahkan kala itu ada mitos di Jepang bahwa ksatria yang menggunakan baju perang dengan bahan dupa akan selalu menang dalam setiap pertempuran.

Beberapa abad kemudian produsen dupa wangi sudah menciptakan bentuk baru dupa yang seperti dapat terlihat pada masa sekarang ini. Bahan dupa, seperti kayu cendana atau gaharu dan lainnnya, dihaluskan hingga menjadi tepung lalu digabung dengan beberapa bahan perekat alami, seperti getah pohon cemara, madu, dan sebagainya, lalu ditempelkan pada sebatang lidi bambu. Bahan dasar dupa saat itu juga sudah sangat bervariasi, di China, Jepang dan Vietnam masih didominasi oleh kayu cendana dan gaharu, di daerah Tibet, Nepal dan sekitarnya banyak menggunakan kayu manis, cengkeh dan beberapa jenis bunga, sedangkan di Timur Tengah dan Eropa bahan dasar yang banyak dipakai adalah kemenyan, dan di benua Amerika Latin banyak mengunakan pohon cedar sebagai bahan pokok dupa wangi. Penyebaran dupa wangi sangat dipengaruhi oleh imigrasi yang terjadi, dimana penduduk pendatang memperkenalkan secara tidak langsung dupa wangi kepada penduduk lokal atau penduduk asli setempat.

Saat tuntutan pemenuhan permintaan dupa wangi yang sangat besar esens atau bibit parmun mulai digunakan sebagai pengganti kayu cendana, kemenyan dan lainnya. Bahan bibit parfum yang saat itu banyak digunakan adalah bunga-bungaan (kecuali Bunga Citra Lestari, yaa), jeruk dan lemon, serta beberapa jenis rempah-rempah. Dari masa ke masa bentuk dupa wangi juga mengalami perubahan dan pengembangan, seperti saat menjelang abad ke 19, jepang memperkenalkan dupa wangi dengan bentuk baru yaitu dupa wangi berbentuk cone atau kerucut, biasanya saya menyebutnya dengan dupa stangi.

Sekarang ini dupa telah banyak mengalami perubahan, mulai dari corak, aroma serta bahan-bahan pembuatannya. Yaaah, wajar deeeh, zaman serba cepat ini mana mungkin produsen bisa menunggu bahan baku alami yang prosesnya harus memakan waktu lama. Bahan kimia seperti bibit pewangi, pewarna dan beberapa macam lagi sudah dipakai bahan kimiawi. Itulah sekilas riwayat alias sejarah singkat dupa wangi.